Senin, 18 Februari 2013

studi kelayakan usaha puyuh petelur dan pembibit


Studi kelayakan usaha

Pada peternakan puyuh “ Bujang keme Farm (BKF)” di Desa kali padang

Kec. Selupu Rejang Kab. Rejang lebong Prov. Bengkulu









Oleh


Nama  : Sistanto
Npm    : (E1C010062)




JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012


Kata pengantar


Puji syukur atas berkat dan rahmat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan studi kelayakan pada peternakan puyuh “Bujang Keme farm” dengan tepat waktu. Studi kelayakan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Ternak Unggas, penulis memilih lokasi daerah Kab. Rejang Lebong karena sesuai dengan tempat domisili, sehingga kedepannya dapat merencanakan usaha berkaitan didaerah tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.Yosi Fenita, MP, selaku dosen pembimbing, dan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan studi kelayakan ini.
            Dalam penulisan studi kelayakan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan maupun kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan dalam penulisan paper maupun karya ilmiah yang akan datang. Semoga paper ini dapat bermanfaat terutama bagi pembaca yang ingin memulai usaha dibidang penetasan.

                                                                                                            Bengkulu, april 2012
                                                                                                                        Penulis







DAFTAR ISI







Sektor usaha peternakan pada era kemajuan zaman sekarang ini, mempunyai prospek yang  besar. Tantangan untuk sarjana muda peternakan untuk menjadi wirausahawan merupakan cikal bakal berkembanganya kegiatan perekonomian dibidang peternakan. Begitu juga dengan perkembangan jumlah penduduk yang begitu cepat dan berkurangnya lahan pertanian harus mampu mengalihkan perhatian para petani untuk menjalankan usaha dibidang peternakan sebagai alternatif penghasil Uang. Sektor peternakan merupakan salah satu bidang pada sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam pembentukan nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
Distribusi PDB atas dasar harga berlaku pada tahun 2007-2010** menurut lapangan usaha dari sembilan sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan yang menempati urutan pertama sedangkan sektor pertanian, peternakan kehutanan dan perikanan menempati urutan kedua. Nilai PDB pertanian pada tahun 2010**) atas dasar harga konstan meningkat sebesar Rp. 304,4 triliun dari tahun 2009 yang hanya sekitar Rp. 295,9 triliun. Sedangkan nilai PDB sub sektor peternakan pada tahun 2010 juga meningkat sebesar 38,16 triliun dari tahun 2009*) yang hanya sekitar 36,6 triun.(angka sementara) (BPS Peternakan, 2011).

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto tahun 2006-2011 atas dasar harga konstan 2000 Rp (Milyar)
No.
Jenis Lahan
Tahun
2006
2007
2008
2009*)
2010**)
2011***1
1
Bahan Makanan
129,548.6
133,888.5
142,000.4
1 49,057.8
1 51,749.5
84,580.3
2
Perkebunan
41,318.0
43,199.2
44,783.9
4 5,608.3
4 6,750.9
21,938.3
3
Peternakan
33,430.2
34,220.7
35,425.3
3 6,648.9
3 8,135.2
19,384.4
4
Kehutanan
16,686.9
16,548.1
16,543.3
1 6,843.6
1 7,192.5
8,199.6
5
Perikanan
41,419.1
43,652.8
45,866.2
4 7,775.1
5 0,578.1
26,161.7
6
Jumlah Pertanian
262,402.8
211,308.4
222,209.6
231,315.0
2 36,635.6
125,903.0
7
PDB Nasional
1,847,126.7
1,964,327.3
2,082,456.1
2,177,741.7
2 ,310,689.8
1,205,212.9
Sumber : Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2011
*) angka sementara.
**) angka sangat sementara.
***) angka sangat sangat sementara.

Dari segi investasi, usaha mikro, kecil, menengah dan besar atas dasar harga berlaku menurut sub sektor peternakan meningkat bertururt turut dari tahun 2007 yang sidah angka tetap sampai tahun 2008* dan 2009** yang masih angka sementara sebesar Rp. 1,815 trilyun, Rp. 2,386 trilyun,dan Rp. 2, 484 trilyun. Apabila dibandingkan dengan sub sektor lainnya pada sektor pertanian, peternakan kehutanan dan perikanan maka sub sektor peternakan memiliki kontribusi ke -4 pada tahun 2007-2009** untuk infestasi usaha mikro kecuil menengah dan besar atas dasar harga dasar berlaku sesudah sub sektor perikanan, tanaman  perkebunan, tanaman bahan pakan dan kehutanan. Namun pada perkembanganya realisasi investasi baik yang berasal dari pemodal dalam negri maupun pemodal asing mengalami pasang surut, tampak pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Perkembangan realisasi investasi peternakan tahun 2005-2011

TAHUN
PMDN
PMA
Rp.(Milyar)
US$ (Juta)
2005
108.28
52.76
2006
115.58
18.75
2007
145.17
44.65
2008
50.43
4.54
2009
287.98
2.53
2010
156.50
4.70
2011*)
235.42
19.97
                        *) Angka sementara.
                        Sumber : Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2011

Pengaruh subsektor peternakan yang besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia tidak terlepas dari fungsi dasar subsektor peternakan sendiri dalam pemenuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia, terutama pemenuhan kebutuhan protein hewani. Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan kadar gizi masyarakat menyebabkan permintaan terhadap hasil subsektor peternakan sebagai sumber protein hewani semakin meningkat pula.
            Siklus hidup puyuh relatif pendek. Produksi telurnya 130-300 butir per tahun dengan bobot rata-rata 10-15 g per butir. Bobot telur merupakan sifat kuantitatif yang dapat diturunkan. Jadi jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang, serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi bobot telur. Selain itu, sedikitnya protein ransum menyebabkan kecilnya kuning telur yang terbentuk sehingga menyebabkan kecilnya telur dan rendahnya daya tetas telur. Bobot telur juga sangat dipengaruhi oleh masa bertelur. Telur pada produksi pertama pada suatu siklus berbobot lebih rendah daripada telur berikutnya pada siklus yang sama. Dengan kata lain, bobot telur semakin bertambah dengan bertambahnya umur induk. (Yd. Pangestuti,2009)
Selain telurnya produk yang dapat dimanfaatkan dari puyuh yaitu daging, kotoran, dan bulu. Daging puyuh sekarang ini tidak kalah dengan daging ternak lainnya. Daging puyuh sekarang ini tidak kalah dengan daging ternak lainnya. Daging puyuh mengandung 21,1 persen protein dan lemak hanya 7,7 persen saja. Daging puyuh umumnya diambil dari puyuh yang sudah afkir yaitu puyuh betina yang kemampuan bertelurnya sudah menurun atau puyuh jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Kotoran puyuh baunya lebih menyengat dibandingkan kotoran ayam atau unggas lainnya, apalagi bila puyuh diberi pakan berkadar protein tinggi. Akan tetapi kotorannya itu masih dapat dimanfaatkan untuk dibuat pupuk. Pupuk dari kotoran puyuh sangat baik untuk tanaman sayur maupun tanaman hias dan juga dapat digunakan dalam campuran bahan pakan (konsentrat) untuk ternak besar. Pemanfaatan bulu burung puyuh biasanya untuk campuran bahan pakan ternak besar, karena bulu memiliki potensi sebagai sumber protein hewani dan mineral serta kaya akan asam amino esensial. Energi metabolismenya mencapai 3.047 kkkl/kg, sedangkan protein kasarnya mencapai 86,5 persen, tetapi pemanfaatan bulu sebagai pakan ternak harus melalui suatu pengolahan terlebih dahulu, tidak hanya dikeringkan dan digiling saja, bulu harus dihidrolisa atau dimasak terlebih dahulu. Kelebihan lain dari beternak burung puyuh secara ekonomis yaitu ukuran tubuh burung puyuh yang relatif kecil, sehingga menguntungkan peternak karena dapat memelihara puyuh dalam jumlah yang besar pada lahan yang tidak terlalu luas (Listiyowati dan Roospitasari, 2005) dalam (Pangestuti, 2009).

Konsumsi hasil ternak berupa daging, telur dan susu pada tahun 2010 perkapita /tahun untuk daging sebanyak 6.953 kg/kapita /tahun atau mengalami peningkatan sebesar 10.42% dari tahun sebelumnya (2009) yaitu 6.297 kg/kapita/tahun. Untuk telur sebanyak 7.227 kg/kapita /tahun, atau mengalami kenaikan sebesar 13.24% dari tahun 2009 yang hanya sebesar 6.382 kg/kapita/tahun. Sedangkan susu sebanyak 16.421 kg/kapita/tahun. Atau mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya (2009) dari sebesar 18.472 kg/kapita /tahun (11.10%). Demikian juga dengan konsumsi protein (telur, daging dan susu) pada tahun 2009 sebesar 31.151 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2010 menurun menjadi 30.602 kg/kapita/tahun (1.77%).(Tabel 4). (BPS Peternakan, 2011).

Tabel 4. Konsumsi hasil ternak per kapita per tahun produk peternakan  2009 – 2010

No
Komoditi
Tahun
2009
2010
I
 DAGING/ MEAT (KG)
6.297
6.953
A
 DAGING SEGAR / FRESH MEAT (KG)
4.199
4.816
1
 Sapi/ Beef Cattle
0.334
 0.367
2
 Kerbau/ Buffalo
0.014
 0.017
3
 Kambing/ Goat
0.025
 0.024
4
 Babi/ Pork
0.188
 0.211
5
 Ayam ras / Chicken
3.050
3.514
6
 Ayam Kampung/ Chicken
0.501
 0.602
B
 Daging diawetkan/ Canned (KG)
0.150
 0.082
1
 Dendeng/ Spicy Dried Meat
0.002
 0.001
2
 Abon/ Spicy Shreded Meat
0.097
 0.010
3
 Daging dalam kaleng/
0.003
 0.012
C
 Lainnya / Others (KG)
0.184
4 0.203
1
 Hati/ Liver
0.055
 0.063
2
 Jeroan selain hati/ Offal exclude liver
0.040
 0.050
3
 Daging tetelan/Tetelan Meat
0.012
 0.013
4
 Tulang/ Bone
 0.001
 0.002
D
 Daging dari makanan jadi
1.765
1.860
1
 Soto/gule/sop/rawon
1.053
1.077
2
 Sate/tongseng
 0.085
 0.091
3
 Ayam/daging (goreng,dll)
 0.626
 0.689
II
TELUR/ EGG (KG)
6.382
7.230
1
 Telur ayam ras / Layer egg
5.827
6.709
2
 Telur ayam buras/ Local chicken egg
 0.165
 0.186
3
 Telur Itik/ Duck egg
 0.221
 0.173
4
Telur puyuh/ Quail egg
 0.059
 0.045
6
 Telur asin / Salted egg
 0.106
 0.107
III
 SUSU / MILK (KG)
18.472
16.421
1
 Susu Segar/ Fresh Milk
0.119
 0.087
2
 Susu cair pabrik/ Preserved milk 6
0.214
 0.196
3
 Susu kental manis/ Sweet canned liquid milk
0.603
 0.662
4
 Susu bubuk/ Canned powder milk
8.116
6.065
5
 Susu bubuk bayi/ Baby powder milk
9.380
9.371
6
 Keju/ Cheese
0.007
 0.007
TOTAL
31.151
30.601
Sumber : (BPS Peternakan, 2011).


Ternak puyuh merupakan salah satu komoditas unggas sebagai penghasil telur dan daging. Keberadaannya dapat sebagai pendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Usaha budidaya puyuh merupakan salah satu jenis usaha yang banyak diminati dan dikembangkan, karena ternak puyuh ini merupakan salah satu ternak yang dapat berproduksi dalam waktu cepat (umur 40 hari sudah bertelur) disamping usaha budidaya puyuh dapat dilakukan dengan modal yang relatif kecil dan tidak memerlukan lahan yang
luas. (Pedoman penataan budaya puyuh 2012).
            Berdasarkan jenisnya, burung puyuh termasuk kedalam golongan aneka ternak termasuk kelinci dan burung merpati. Untuk populasi ketiga jenis aneka ternak tersebut pada tahun 2010 mengalami penurunan apabila dibandingkan tahun 2009 kecuali pada merpati yaitu bururng puyuh sebesar 5,25 juta ekor (penurunan 31,01%), kelinci 0,56 juta ekor (penurunan 32,54%) dan burung merpati 2,09 juta ekor (peningkatan 15,56%). Sementara untuk ternak unggas secara nasional juga mengalami variasi peningkatan dan penurunan jumlah populasi bila dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu ayam buras 257,5 juta ekor (peningkatan 3,03%), ayam ras petelur 105,2 juta ekor (penurunan -5,57%) dan ayam ras pedaging 986,87 juta ekor (penurunan 3,85 %) serta itik 44,30 juta ekor (peningkatan 8,91%).

Tabel 5. Populasi Ternak Unggas Tahun 2007 - 2011 (Indonesia) Dalam 000 Ekor
No
Jenis Unggas
2007
2008
2009
2010
2011*)
1
Ayam Buras/ Native Chicken
272.251
243.423
249.963
257.544
274.893
2
 Ayam Ras Petelur/ Layer
111.489
107.955
111.418
105.210
110,3
3
 Ayam Ras Pedaging/ Broiler
891.659
902.052
1.026.379
986.872
1.041.968
4
 Itik/ Duck
35.867
39,84
40,676
44.302
49.392
5
 Puyuh/ Quail
6.640,10
6.683,30
7.542,00
7.053,60
7.055,50
6
Merpati/ Pigion
162.5
1.499,00
1.814,80
490,1 4
19.5
*) angka sementara. (BPS Peternakan, 2011).

Pemanfaatan ternak burung puyuh tidak hanya untuk menghasilkan telur konsumsi saja. Bibit, daging, kotoran, atau bulu puyuh pun bisa dimanfaatkan dan dijual. Peternakan puyuh yang mulai banyak diusahakan membutuhkan bibit puyuh sebagai input. Daging puyuh yang berasal dari puyuh jantan yang tidak lolos seleksi sebagai pembibit atau puyuh betina afkir yang sudah tidak produktif lagi dapat dijual untuk konsumsi. Kotoran puyuh dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang serta bulu burung puyuh dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan pakan ternak besar. (IPB).
Pendirian usaha Peternakan “Bujang Keme Farm” merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk membantu mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat khususnya didaerah dimana usaha tersebut akan di laksanakan. Pada saat saat tertentu produk peternakan berupa telur sulit untuk didapatkan bahkan menghilang dari pasaran terutama menjelang perayaan hari hari besar keagamaan, kebutuhan produk  berupa telur akan meningkat drastis.
Burung puyuh dipilih sebagai ternak yang akan diusahakan pada peternakan ini karena lebih cepat menghasilkan keuntungan dibandingkan unggas besar seperti ayam petelur. Bururng puyuh dapat memulai berproduksi telur pada saat berumur 35 hari, sedangkan ayam mulai bertelur pada umur 42 minggu.
Jika dilihat dari kandungan nutrisinya telur puyuh juga tidak jauh berbeda dengan nutrisi telur dari berbagai jenis unggas lainnya. Perbandingan dengan telur ayam, telur puyuh memiliki rata rata kandungan nutrisi lebih besar. Berikut disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Kandungan nutrisi telur puyuh dan telur ayam.

No
Jenis nutrisi
Telur puyuh
Telur ayam
1
Vitamin A (ug)
350
140
2
Vitamin B1 (mg)
0,14
0,06
3
Vitamin B2 (mg)
0,72
0,48
4
Vitamin B6 (mg)
0,7
8
5
Vitamin B12 (ug)
4,7
9
6
Asam folat (ug)
91
43
7
Kalium (mg)
150
130
8
Fosfor (mg)
220
180
9
Besi (mg)
3,1
1,8
10
Metionin (mg)
1189
413
11
Glycine (mg)
463
413
12
DHA (mg)
330
150

Studi ini di buat untuk menganalisa  secara jelas dan detail mengenai kelayakan usaha pada peternakan puyuh “bujang Keme Farm” yang ada di Kabupaten Rejang Lebong sebagai penyedia  dan penyalur pasokan bibit DOQ maupun telur konsumsi khususnya di daerah tersebut. Tujuan studi kelayakan ini juga berkaitan dengan analisis investasi dan berbagai aspek teknis dan produksi maupun keuntungan dari perusahaan tersebut.



Pada awal beroperasinya peternakan puyuh “Bujang Keme Farm”, pola budidaya yang diterapkan adalah budidaya puyuh petelur dan pembibit. Untuk mendapatkan bibit puyuh pertama kali, perusahaan mendatangkan pembibit dari perusahaan lain yang berada di pulau jawa. Tahun pertama berdirinya “Bujang Keme Farm”  pemilik perusahaan membeli bibit puyuh petelur dan pembibit  sebanyak 20.000 ekor, yang terdiri dari 15 ribu ekor puyuh petelur dan 5 ribu ekor pembibit. Untuk puyuh petelur, perbandingan antara jantan dan betina yaitu 1: 9 sedangkan untuk puyuh pembibit perbandingannya 1: 4 ekor. Jadi jumlah puyuh pejantan yang didatangkan pada tahun pertama adalah 2500 ekor dan puyuh betina sebanyak 17500 ekor.
Dalam melakukan usahanya peternakan puyuh BKF menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu :
1. Umur proyek didasarkan pada umur ekonomis bangunan kandang yaitu selama tujuh tahun.
2. Pengusaha menggunakan modal sendiri.
3. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga rata-rata per bulan deposito Bank Indonesia (BI Rate) tahun 2012, yaitu 15 persen.
4. Keadaan ekonomi selama proyek berlangsung diasumsikan tetap.
5. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 dan  invesi tambahan pada tahun besikutnya.  biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.
6. Harga untuk seluruh  input yang digunakan dalam analisis ini adalah riil. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku di pasar.
7. Masing-masing puyuh petelur mampu bertelur sebanyak satu butir per hari dengan peluang keberhasilan pemerolehan telur layak jual setelah dilakukan sortasi pasca panen yaitu sebesar 98 persen.
8. Tingkat kematian puyuh BKF tidak lebih dari 5 persen.
9. Satu orang tenaga kerja pada bagian pemeliharaan puyuh mampu menangani 5.000 ekor puyuh.
10. Harga jual telur puyuh BKF selama tujuh tahun diasumsikan tetap yaitu Rp 200 per butir.
11. Harga jual puyuh pembibit selama tujuh tahun diasumsikan tetap yaitu  Rp 7.500,- per ekor

12. Pola usaha yang diusahakan yaitu yaitu penggabungan antara usaha puyuh petelur merangkap usaha puyuh pembibit. Pola ini terdiri dari 15.000 ekor puyuh petelur dan 5.000 ekor puyuh pembibit .
14. Telur puyuh fertil yang dihasilkan puyuh pembibit yaitu 85 persen dengan persentase keberhasilan penetasan 70 persen dan 60 persen dari telur yang menetas adalah puyuh betina.
15. Mesin tetas, berjumlah 200 masing masing mempunyai kapasitas 1000 butir. Mesin tetas terbuat dari papan kayu yang di dalamnya telah dilengkapi dengan bohlam-bohlam lampu untuk sumber pemanas. Pada masin tetas dibutuhkan bohlam lampu sebanyak 6 buah, Masing-masing mesin tetas digunakan selama masa penetasan 17 hari, dan terus menerus dinyalakan selama 24 jam, sehingga dalam setahun bohlam lampu diganti sebanyak 4 kali.

16. Analisis data menggunakan data pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan tarif pajak menurut UU Republik Indonesia No. 17 tahun 2000 tentang Tarif umum PPH wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, yaitu :

§ Jika pendapatan < Rp 50.000.000,00 maka pajak yang dibayarkan adalah 10% x pendapatan.
§ Jika Rp 50.000.000,00 < pendapatan < Rp 100.000.000,00 maka pajak yang dibayarkan adalah (10% x Rp 50.000.000,00)+(15% x ( pendapatan – Rp 50.000.000,00))
§ Jika pendapatan > Rp 100.000.000 maka pajak yang dibayarkan adalah (10% x Rp 50.000.000,00)+ (15% x Rp 50.000.000,00) + (30% x (pendapatan – Rp 100.000.000,00)).


Produk yang dihasilkan peternakan puyuh “Bujang Keme Farm” terdiri dari telur konsumsi, puyuh pembibit, puyuh afkir dan pupuk kandang. Daerah pemasaran produk terutama telur dan puyuh pembibit terdiri dari beberapa tempat antara lain di Kab. Rejang Lebong sendiri, Kota Lubuk Linggau, Kab. Kepahiang, dan Kab. Lebong. Ditafsirkan, beberapa lokasi pemasaran tersebut mampu menampung produksi dari peternakan puyuh yang ada di rejang lebong karena permintaan akan telur selalu meningkat, selain itu perusahaan juga membangun kemitraan dengan beberapa peternak yang tersebar di beberapa lokasi di provinsi bengkulu agar pemasaran dapat berjalan dengan lancar.
Berdasarkan hasil pengamatan, permintaan terhadap produk peternakan khususnya yang berasal dari unggas di rejang lebong terus mengalami peningkatan. Keadaan tersebut merupakan peluang yang sangat menjanjikan untuk terjun ke dunia bisnis perunggasan.  Tingginya permintaan berbagai produk seperti telur dan daging untuk dikonsumsi harus didatangkan dari luar daerah karena belum adanya perusahaan peternakan yang mampu menyediakan komoditas tersebut.
 Jika dilihat dari populasi ternak unggas yang ada di rejang lebong, dari tahun 2008 hingga 2010 (Tabel 1) mengalami peningkatan tetapi tidak begitu besar, sementara permintaan di masyarakat terus mengalami peningkatan.



Tabel 1. Jumlah populasi ternak unggas di kabupaten rejang lebong Tahun 2008 – 2010.
Jenis unggas
Tahun (Ekor)
2008
2009
2010
Ayam ras petelur
234
7.000
7.590
Ayam ras pedaging
107.021
433.098
707.591
Ayam buras
70.993
70.993
76.493
Sumber : Bps Rejang Lebong

Selain konsumen rumah tangga, tingginya permintaan terhadap produk dari peternakan unggas juga berasal dari industri makanan cepat siap saji yang saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut ditunjukan dengan angka pemotongan ternak unggas yang mengalami peningkatan yang sangat tajam (Tabel 2). Peningkatan angka pemotongan unggas menyebabkan  harga daging meningkat. Oleh karena itu, pendirian usaha dibidang perunggasan merupakan langkah awal untuk memenuhi tingginya permintaan konsumen. Dengan membangun kemitraan kepada para peternak kecil yang tersebar diberbagai tempat, diharapkan  perusahaan tersebut akan cepat berkembang.

Tabel 2. Jumlah Pemotongan Ternak Unggas Di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2008 – 2010.
Jenis pemotongan


Jumlah pemotongan (ekor)

2008

2009
2010
Ayam buras
75.452

7. 843
98.522
Ayam ras pedaging
3 .194

-
-
Ayam ras petelur
4 .427

186
9.322
Sumber : Bps Rejang Lebong


Pendirian usaha peternakan puyuh “Bujang keme Farm” berlokasi di Jl. Lintas Curup-LLG KM 11 desa kali padang, kecamatan selupu rejang kabupaten rejang lebong Provinsi Bengkulu. Lokasi tersebut dipilih karena berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 5 kilometer), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak dan memiliki strategi dan fasilitas yang baik untuk transportasi.

Penjelasan beberapa alasan pemilihan lokasi usaha sebagai berikut :
1.     Iklim dan temperatur
Kondisi iklim dan temperatur di lokasi peternakan “bujang Keme Farm” cukup sesuai dengan kebutuhan temperatur ideal bagi pengusahaan puyuh. Temperatur di lokasi adalah sekitar 22o-28o C, sedangkan temperatur ideal untuk produksi puyuh yaitu antara 20o C hingga 25o C. Perbedaan temperatur tersebut dapat diatasi dengan pengaturan temperatur pada ruang kandang. Kandang dibuat lebih sejuk dengan sistem ventilasi yang baik serta penggunaan bahan atap yang tidak memancarkan panas matahari.

2.     Letak pasar yang dituju
Telur puyuh tergolong produk yang memiliki resiko kerusakan lebih besar dari telur unggas yang lain. Ini terjadi karena karakteristik fisik dari telur puyuh yang memiliki kerabang telur lebih tipis dari telur-telur unggas kebanyakan. Alasan utama dari pemilihan lokasi usaha puyuh Bujang Keme Farm yaitu kedekatan dengan pasar tujuan. Kedekatan pasar dipilih pemilik untuk lokasi dengan maksud mengurangi resiko kerusakan telur yang terjadi dalam perjalanan ke pasar tujuan. Salah satu lokasi pemasaran yang paling dekat dengan lokasi yaitu Pasar Atas  dengan jarak sekitar 10 km
3.     Tenaga listrik dan air
Desa Kali Padang merupakan desa yang belum tergolong padat penduduk namun karena terletak dijalan lintas kota antar provinsi, jadi dalam hal perolehan tenaga listrik tidak mengalami kendala yang berarti. Selain listrik, pemerolehan air juga mudah didapatkan. Air diperlukan dalam proses pengusahaan puyuh. Penggunaan air diperlukan untuk memberi asupan minum puyuh, membersihkan peralatan makan dan minum, serta untuk membersihkan kandang. Pada penerapannya, peternakan tidak melakukan pembedaan dalam menggunakan air. Air bersih diperoleh dari sumber mata air. Air ini dimanfaatkan untuk memberi minum puyuh, membersihkan peralatan makan dan minum puyuh, serta untuk membersihkan kandang. Penggunaan air yang bersih bertujuan agar puyuh tidak mudah terkena penyakit yang berasal dari bakteri pada air yang kotor.
4.     Fasilitas transportasi
Lokasi usaha terletak di pinggir jalan umum Lintas Provinsi yang telah memiliki fasilitas jalan aspal dengan kondisi sangat baik. Untuk alat transportasi yang digunakan dalam membantu proses produksi, baik untuk pendistribusian produk maupun akses untuk menuju sumber bahan baku, pemilik menggunakan mobil inventaris perusahaan. Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi proyek karena fasilitas jalan yang telah memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat.

1.3.2    Skala Usaha
Pada peternakan puyuh “Bujang Keme Farm” jumlah puyuh yang diusahakan cukup banyak yaitu pada tahun pertama bibit puyuh yang didatangkan sejumlah 20000 ekor yang terdiri dari puyuh petelur dan puyuh pembibit. Pemilik perusahaan memutuskan untuk badan usaha untuk semetara berbentuk CV karena pada saat berdirinya, Peternakan puyuh bujang keme farm didanai oleh beberapa orang investor lokal yang berniat menanamkan modalnya sehingga sahm perusahaan dimiliki bersama dan persentase keuntungan dibagi sesuai dengan perjanjian besar kecilnya angka investasi.

Lay out tempat usaha merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pendirian suatu proyek usaha. Lay out adalah pengaturan tata letak fisik dan peralatan secara keseluruhan mengikuti aliran proses produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan lay out adalah efisiensi penggunaan alat, ketersediaan ruangan, dimensi alat, aliran proses produksi, tenaga kerja, dan keamanan. Bangunan yang digunakan untuk kegiatan pengusahaan puyuh bujang keme farm yaitu terdiri dari 3 bangunan kandang besar untuk puyuh grower dan layer, 1 kandang untuk puyuh starter dan 1 ruang penetasan.
Ke empat unit kandang puyuh tersebut didirikan diatas lahan seluas 3000 m2. Bangunan kandang besar untuk puyuh jepang petelur dibuat setengah permanen dengan ukuran 20 m x 10 m untuk menampung 15000 ekor.

1.5    Perkandangan
Dalam mempersipkan kandang burung puyuh ini, kita mempunyai 2 alternatif yang biasa diterapkan peternak puyuh, yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Sedangkan ukuran kandang yang digunakanumumnya untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.
Ada beberapa tahapan dalam budidaya burung puyuh. Masing-masing tahapan idealnya memerlukan persiapan kandang yang sesuai, yaitu :
  • Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.
  • Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
  • Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
Jenis kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaiknya kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (ukuran ini cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
  • Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)

Pada peternakan Bujang Keme Farm, pengusahaan puyuh dalakukan dengan cara yang sederhana dan tidak memerlukan teknologi yang canggih dan modern. Peralatan yang digunakan sama seperti pada pengusahaan peternakan lain terutama pada peternakan ayam petelur. Peralatan berupa mesin hanya diperlukan pada proses penetasan. Untuk kegiatan pemeliharaan puyuh sendiri hanya dibutuhkan peralatan serta teknologi yang sederhana sehingga dapat diusahakan oleh para penduduk di wilayah Desa Kali Padang.

Pada masa pertumbuhan (umur 2 hari sampai 5 minggu) puyuh memelukan makanan yang mengandung protein 24% dan pertukaran zat (energi metabolis) 2.800 Kg kalori. Sedang pada masa bertelur diperlukan makanan yang mengandung protein metabolis 2.600 Kg Kalori. Satu penelitian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kesuburan telur daya tetas dan produktivitas yang tinggi diperlukan makanan yang mengandung protein tidak lebih dari 20%.
Standar pakan anak puyuh (quail starter) disusun sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu (quality assurance) mengingat pakan anak puyuh petelur (quail starter) merupakan pakan yang dapat diperdagangkan dan mutunya sangat mempengaruhi kinerja anak puyuh.



Sumber : Pakan anak puyuh (quail starter) Badan Standardisasi Nasional, SNI 01-3905-2006.




Anak puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25 % dan energi metabolis sebesar 2.900 Kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu, kadar pakannya dikurangi menjadi 20 % protein dan 2.600 Kkal/ kg energi metabolis. Namun, untuk pertumbuhan optimal, pemberian protein yang dianjurkan sebanyak 25 %.
Kebutuhan protein dan energi puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu sama dengan puyuh berumur 3-5 minggu. Sementara kebutuhan protein puyuh untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin) sebesar 18-20 %. Kandungan protein dalam pakan puyuh petelur direkomendasikan 20 %, sedangkan kandungan protein 25 % membuat puyuh mengalami dewasa kelamin.
Kebutuhan makanan tiap ekor burung puyuh /hari disetiap periode berbeda beda, dibawah ini adalah kebutuhan konsumsi burung puyuh dari periode starter hingga peride kayer :
1.   Umur 2 s/d 7 hari (minggu pertama) : 3,6 gram
2.   Umur 8 s/d 14 hari (minggu kedua) : 6,8 gram
3.   Umur 15 s/d 21 hari (minggu ketiga) : 8,9 gram
4.   Umur 22 s/d 28 hari (minggu keempat) : 10,8 gram
5.   Umur 29 s/d 35 hari (minggu kelima) : 15 gram
6.   Untuk umur selanjutnya rata-rata 20 gram per ekor/hari

1.8  Jenis dan Perkembangan Usaha

Jenis usaha yang menjadi fokus “Bujang Keme Farm”  yaitu budidaya puyuh untuk menghasilkan telur sebagai produk akhirnya. Unit usaha lainnya yaitu puyuh pembibit, , puyuh afkir, dan kotoran. Namun tujuan dasar dari pengusahaan produk sampingan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan usaha puyuh pada tahu berikutnya agar tidak memebeli bibit dari peternak lain  dan untuk menghemat biaya produksi, terutama DOQ dan pakan.
Pada awal pendirian “BKF” yaitu pada bulan Januari 2016, populasi puyuhnya yaitu sekitar 20.000 ekor. Puyuh mulai berproduksi pada bulan ke 2 setelah beumur 40 hari. Pada 3 bulan pertama, semua puyuh diusahakan sebagai puyuh petelur, kemudiam memasuki bulan berikutnya puyuh indukan diseleksi untuk dijadikan sebagai pembibit sebanyak 5000 ekor yang terdiri dari jantan dan betina, lalu puyuh yang lain diusahakan sebagai puyuh petelur. Pengusahaan kedua jenis tersebut sampai bulan 12, lalu puyuh diafkir.
Rencana pengembangan usaha pada tahun berikutnya, BKF berencana menambah populasi puyuh dari 20000 ekor menjadi 30000 ekor pada tahun ke 2 sampai tahun ke 7. Hasil penetasan bulan september, diambil sebanyak 6000 ekor puyuh untuk dijadikan pembibit dan hasil penetasan november diambil sebanyak 24000 ekor untuk dijadikan puyuh petelur  pada bulan januari tahun ke 2.



Pada pola usaha budidaya puyuh petelur dan pembubit  Bujang Keme Farm mengusahakan  20000 ekor puyuhnya untuk dijadikan puyuh petelur dan puyuh pembibit dengan proporsi 15.000 ekor untuk puyuh petelur dan 5.000 ekor (4000 ekor betina dan1000ekor jantan) untuk puyuh pembibit. Pemenuhan jumlah puyuh petelur diusahakan dari hasil pembibitan sendiri dengan menambah investasi berupa mesin tetas. Mesin tetas yang diperlukan agar mampu memenuhi kebutuhan puyuh BKF berjumlah 20 buahyaitu 8 buah mesin tetas berkapasitas 600 butir telur dan 12 buah mesin tetas berkapasitas 800 butir telur.


Arus penerimaan pada pola usaha budidaya puyuh petelur dan pembibit diperoleh dari hasil penjualan telur puyuh, puyuh pembibit, puyuh jantan, puyuh afkir, kotoran puyuh, serta pakan puyuh. Selain itu, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi proyek berupa kendaraan mobil dan mesin generator.

Bobot rata rata seekor burung puyuh coturnik coturnik japonica sekitar 150 gram. Burung puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 41 hari. Puncak produksinya terjadi pada umur 5 bulan dengan persentase bertelur 76%, diatas umur 14 bulan produktifitasnya akan menurun dengan persentase bertelur kurang dari 50%. Kemudian sama sekali berhenti bertelur pada saat berumur 2,5 tahunatau 30 bulan. (Agromedia, 2002) dalam (Jaso parson ,2009).
Menurut sugiharto, (2005) dalam Noven W.N Sijabat (2008), puyuh yang telah mencapai berat badan 90-100 gram, akan segera bertelur pada umur 35-42 hari kemampuan berproduksi mulai awal produksi akan terus mengalami kenaikan secara drastis hingga mencapai puncak produksi (top production 98.5%) pada umur 4-5 bulan dan secara perlahan lahan akan menurun hingga 70% pada umur 9 bulan.

Pemenuhan jumlah puyuh petelur pada tahun pertama yaitu dengan membeli bibit dari peternak lain sebanyak 20000 ekor. Puyuh mulai memproduksi telur pada hari ke sepuluh bulan  ke 2. Bulan pertama hingga bulan ke empat telur yang dihasilkan belum ditetaskan, atau masih dijual sebagai telur konsumsi. Dari jumlah puyuh betina yang produktif sebanyak 17250 ekor, mampu menghasilkan telur sebanyak 70% dari total populasi yaitu sebanyak 360.150 butir, bulan kedua rata rata produksi 74% dengan jumlah telur 380.730 butir dan pada bulan ke empat produksi mencapai 80%  dengan total  telur 411.600 butir telur puyuh. Pendapatan dari penjualan telur selama tiga bulan pertama sebesar 230.496.000 rupiah dari penjualan seluruh telur dengan harga perbutir diasumsikan tetap sebesar 200 rupiah.
Pendapatan dari hasil penetasan telur dimulai pada penjualan pertama yaitu bulan ke 5 sampai bulan 12. Bibit yang terjual pada tahun pertama sejumlah 776.250 ekor DOQ, puyuh afkir sebanyak 20000 ekor dengan nila RP 3.768.750  dan rata rata kompos yang dihasilkan pada tahun pertama sebanyak 150 karung per bulan. Pemeliharaan pada tahun ke 2 bibit puyuh diambil dari hasil penetasan sendiri sebanyak 6000 ekor. Untuk puyuh pembibit dipelihara dari puyuh yang menetas dari bulan september dengan tujuan agar pada bulan januari tahun ke 2 sudah dapat memproduksi puyuh petelur sedangkan puyuh petelur pengambilan bibitnya yaitu puyuh yang menetas pada bulan november sebanyak 24000 ekor, sehingga populasi pada tahun ke 2 mengalami peningkatan yaitu sebesar 30000 ekor
Puyuh mulai berproduksi pada bulan januari dengan rata rata produksi 70% dan terus mengalami peningkatan disetiap bulannya dengan puncak produksi sebesar 97% pada bulan ke enam, dan kemudian produksinya akan menurun lagi sampai bulan ke 12. Bulan pertama produksi dengan rata rata 70% dari total populasi 6000 ekor mampu menghasilkan 444.528 butir telur dengan nilai total harga jual 88.905.600  keterangan lebih lanjut tabel terlampir. Pola peternakan pada tahun ke dua  sampai tahun ke tujuh diasumsikan sama dengan populasi 30000 ekor hasil pembibitan sendiri.


Arus pengeluaran pada perusahaan “Bujang Keme Farm” pada tahun pertama terdiri dari biaya investasi dan  biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan barang yang mempunyai nilai penyusutan hingga bernilai nol pada tahun tertentu, antara lain pembangunan kandang grower dan layer, kandang starter, pengadaan kendaraan, kandandang kurung ,tandon air, pompa, pipa, generator, instalasi listrik dan lain lain.
Selain biaya investasi juga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya barang investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek. Rincian dana infestasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini

3.3.2 Biaya operasional

Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan setiap tahun, sedangkan biaya variabel adalah biaya habis pakai yang dikeluarkan secara rutin namun jumlahnya tidak tetap. Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan BKF tiap tahun yaitu gaji karyawan, perawatan mobil, listrik dan air,  BBM, sapu lidi, perawatan kandang dan mesin pakan, pajak kendaraan,  THR karyawan, serta biaya tidak terduga yang dianggarkan sebesar 5 persen dari total biaya tetap. Perawatan kandang yang dimaksud yaitu memperbaiki kawat kandang maupun kurung-kurung yang rusak.  Rincian biaya operasional pada peternakan puyuh bujang keme farm dapat dilihat pada tabel berikut.



Biaya operasional pada tahun pertama jumlahnya berbeda dengan tahun berikutnya, hal ini dikarenakan pada tahun kedua terjadi penambahan populasi burung puyuh dari 20 ribu ekor menjadi 30 ribu ekor, sehingga ada penambahan beberapa biaya termasuk biaya infestasi yaitu penambahan bangunan kandang, dan kurung  kawat ram, dan biaya tetap dari operasional berupa gaji  karyawan karena jumlahnya bertambah satu orang dan semua output yang berasal dari biaya variabel karena disebabkan oleh adanya pertambahan populasi.

Berikut ini adalah rincian biaya infestasi pada tahun ke 2 sampai tahun ke 7.


Pada tahun ke dua penambahan unut infestasi dilakukan untuk pembuatan kandang grower sebanyak satu unit senilai 30.000.000 rupiah dan kandang kurung kawat ram mengalami penambahan jumlah sebanyak 39 unit.




Perhitungan kebutuhan beberapa kebutuhan biaya variabel seperti pakan, obat obatan dan vaksin merupakan biaya terbesar yaitu sekitar 70% dari total biaya operasional. Rincian kebutuhan pakan , harga pakan, dan kebutuhan obata obatan selama 7 tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini.



Analisis kelayakan finansial pada usaha peternakan puyuh Bujang Keme Farm mengunakan beberapa kriteria kelayakan antara lain :
1.   Net Present Value (NPV), yaitu nilai sekatrang bersih dimana syarat kelayakan infestasi bila nilai NPV lebih besar dari nol.
2.   Benefit Cost Ratio / B/C ratio, yaitu perbandingan total Nilai sekarang penerimaan dibagi Nilai sekarang pengeluaran. Syarat kelayakan apabila BC Ratio > 1
3.   Internal Rate of  Return / IRR, adalah tingkat suku bunga yang memberikan NPV = 0 dengan syarat kelayakan bila IRR > suku bunga pinjaman yang paling atraktif.
4.   Analisis titik impas atau BEP, yaitu pada titik tetentu dengan nilai produksi tetentu terdapat keseimbangan antara biaya usaha keseluruhan dengan penerimaan usaha.
5.   Payback Period, adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode Payback Period ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan benefit bersih yang diperoleh setiap tahun. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahakan.  
6.   Diskon Faktor, yaitu faktor penggali atau pengganda sejumlah uang yang akan datang bila dinilai dalam waktu sekarang.
Dari pengusahaan peternakan Bujang Keme Farm, analisis kelayakan Finansial selama tujuh tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini.





BAB IV

Berdasarkan analisis kelayakan non finansial, daerah kabupaten Rejang Lebong memenuhi kriteria untuk dijadikan tempat peternakan puyuh, karena sesuai dengan beberapa hal antara lain  sesuai dengan suhu dan kelembapan yang dibutuhkan hidup puyuh, dekat dengan pasar yang dituju,  fasilitas listrik tersedia dan mempunyai sarana transportasi yang memadai. Berdasarkan analisis kelayakan finansial, Peternakan puyuh”Bujang Keme Farm” layak untuk diusahakan dengan populasi 30000 ekor hasil pembibitan sendiri.




DAFTAR PUSTAKA

Dwi Pangestuti ,  Yanuary. 2009.  Analisis kelayakan usaha peternakan puyuh  pada peternakan puyuh bintang tiga  desa situ ilir, kecamatan cibungbulang,  kabupaten bogor. Skripsi.  Departemen Agribisnis  Fakultas Ekonomi dan Manajemen  Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pedoman penataan budidaya puyuh. 2012. Kementerian pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Budidaya Ternak.

Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya burung puyuh ( coturnix-coturnix japonica ). Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas. Jakarta.

Statistik Peternakan dan kesehatan Hewan. 2011. Kementerian Pertanian RI, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Badan Standardisasi Nasional. 2006.  Pakan anak puyuh (quail starter). SNI 01-3905-2006



LAMPIRAN


Cash flow pengusahaan puyuh petelur dan pembibit perusahaan" Bujang Keme Farm(BKF)"
Uraian  Tahun
1 2 3 4 5 6 7
Inflow
1. Penjualam
Telur puyuh              852.429.480         1.662.534.720       1.662.534.720       1.662.534.720       1.662.534.720         1.662.534.720          1.662.534.720
Puyuh pembibit           4.595.737.500         8.358.360.000       8.358.360.000       8.358.360.000       8.358.360.000         8.358.360.000          8.358.360.000
Puyuh jantan puyuh afkir                  3.768.750                 7.227.600               7.227.600               7.227.600               7.227.600                 7.227.600                  7.227.600
Kotoran puyuh                13.200.000              21.600.000            21.600.000             21.600.000             21.600.000               21.600.000                21.600.000
2. Nilai sisa             120.390.000
Total Inflow          5.465.135.730      10.049.722.320    10.049.722.320     10.049.722.320     10.049.722.320       10.049.722.320        10.170.112.320
Outflow
1. Biaya investasi
Kandang grower dan layer  120.000.000
Kandang starter  25.000.000
Kurung+( tempat pakan dan minum)  89.950.000 89.950.000
Tandon air  1.800.000
Pompa air  850.000
Pipa  1.500.000
Generator  1.300.000
Instalasi listrik  7.200.000
Alat penyemprot  600.000
Ember plastik  432.000 432.000
Nampan panen  300.000 300.000
Alas pakan  8.400.000 8.400.000
Bangunan pengolahan pakan  15.000.000
Mesin tetas 80.000.000 80.000.000
Mesin jahit  450.000 450.000
Sekop  150.000 150.000
Kendaraan  150.000.000
Terpal penutup  800.000 800.000
Total infestasi 503.732.000 1.682.000 450.000 178.350.000
2. Biaya Operasional
A. Biaya Variabel
Bibit puyuh              150.000.000
Pakan puyuh
a. Jagung              935.539.732            935.539.732          935.539.732           935.539.732           935.539.732            935.539.732             935.539.732
b. Dedak padi              615.486.666            615.486.666          615.486.666           615.486.666           615.486.666            615.486.666             615.486.666
c. Konsentrat                503.974.964            503.974.964          503.974.964           503.974.964           503.974.964            503.974.964             503.974.964
d. Pakan tambahan                23.171.263              23.171.263            23.171.263             23.171.263             23.171.263               23.171.263                23.171.263
Vitamin                72.600.000              72.600.000            72.600.000             72.600.000             72.600.000               72.600.000                72.600.000
Vaksin                       756.000                    756.000                  756.000                   756.000                   756.000                    756.000                     756.000
Obat obatan                      450.000                    450.000                  450.000                   450.000                   450.000                    450.000                     450.000
Desinfektan
a. Formalin                      675.000                    675.000                  675.000                   675.000                   675.000                    675.000                     675.000
b. Biodes                  1.665.000                 1.665.000               1.665.000               1.665.000               1.665.000                 1.665.000                  1.665.000
Peti kemasan                   1.120.000                 1.120.000               1.120.000               1.120.000               1.120.000                 1.120.000                  1.120.000
Dus kemasan                   1.040.000                 1.040.000               1.040.000               1.040.000               1.040.000                 1.040.000                  1.040.000
Sekam                      315.000                    315.000                  315.000                   315.000                   315.000                    315.000                     315.000
Karung Pengemas kotoran                      270.000                    270.000                  270.000                   270.000                   270.000                    270.000                     270.000
Tali rafia                      120.000                    120.000                  120.000                   120.000                   120.000                    120.000                     120.000
Total Biaya Variabel          2.307.183.625         2.157.183.625       2.157.183.625       2.157.183.625       2.157.183.625         2.157.183.625          2.157.183.625
B. Biaya tetap
Gaji karyawan              144.000.000            144.000.000          144.000.000           144.000.000           144.000.000            144.000.000             144.000.000
Perawatan kendaraan                  3.600.000                 3.600.000               3.600.000               3.600.000               3.600.000                 3.600.000                  3.600.000
Listrik dan air                11.000.000              11.000.000            11.000.000             11.000.000             11.000.000               11.000.000                11.000.000
BBM                21.900.000              21.900.000            21.900.000             21.900.000             21.900.000               21.900.000                21.900.000
Lampu Pijar                  6.000.000                 6.000.000               6.000.000               6.000.000               6.000.000                 6.000.000                  6.000.000
Sapu Lidi                        36.000                      36.000                    36.000                     36.000                     36.000                       36.000                        36.000
Pemeliharaan Kandang                  3.000.000                 3.000.000               3.000.000               3.000.000               3.000.000                 3.000.000                  3.000.000
Pajak Kendaraan                      750.000                    750.000                  750.000                   750.000                   750.000                    750.000                     750.000
Penyusutan              139.261.000            139.261.000          139.261.000           139.261.000           139.261.000            139.261.000             139.261.000
utang bank          1.000.000.000         1.000.000.000       1.000.000.000       1.000.000.000       1.000.000.000         1.000.000.000          1.000.000.000
Biaya tidak terduga                11.014.300              11.014.300            11.014.300             11.014.300             11.014.300               11.014.300                11.014.300
THR karyawan                45.000.000              45.000.000            45.000.000             45.000.000             45.000.000               45.000.000                45.000.000
Pajak penghasilan 30%          1.136.998.521         2.300.800.180       2.307.228.751       2.313.657.323       2.320.085.894         2.326.514.466          2.369.060.037
Total biaya tetap          2.522.559.821         3.686.361.480       3.692.790.051       3.699.218.623       3.705.647.194         3.712.075.766          3.754.621.337
Total outflow         5.333.475.446        5.843.545.105      5.851.655.676       5.856.852.248       6.041.180.819        5.869.259.391         5.911.804.962
Net Present Value              131.660.284         4.206.177.215       4.198.066.644       4.192.870.072       4.008.541.501         4.180.462.929          4.258.307.358
Benefit Cost Ratio 1,024685645 1,719798879 1,717415186 1,715891386 1,66353609 1,712264129 1,720305792
Internal Rate Of Return (15%) 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15
Break Even point          4.604.959.537         3.686.361.480       3.692.790.051       3.699.218.623       3.705.647.194         3.712.075.765          3.754.621.337
Payback Period                          38,88                           1,00                         1,00                          1,00                          1,05                           1,00                            0,99
Diskon Faktor 0,869565217 0,756143667 0,657516232 0,571753246 0,497176735 0,432327596 0,37593704
Penerimaan(inflow)          4.752.291.939         7.599.033.890       6.607.855.557       5.745.961.354       4.996.488.134         4.344.772.290          3.823.321.921
Pengeluaran(outflow)          4.637.804.736         4.418.559.626       3.847.558.594       3.348.674.282       3.003.534.557         2.537.442.802          2.222.466.458
Net benefit        23.437.471.931
11,27389711 1,61055673




Tabel 1. Persentase produksi telur puyuh Tahun Pertama pemeliharaan (2016)
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persentase 0 70% 74% 80% 85% 95% 97% 96% 90% 80% 75% 72%
Produksi telur 0           360.150           380.730            411.600              343.613             384.038            392.123              388.080             363.825             436.296             409.028              392.666
Pembibit                95.625             106.875            109.125              108.000             101.250                90.000               84.375                81.000
pendapatan dari telur 0      72.030.000      76.146.000       82.320.000        68.722.500       76.807.500      78.424.500        77.616.000        72.765.000        87.259.200       81.805.500        78.533.280
jual bibit betina      502.031.250     502.031.250    502.031.250      502.031.250     502.031.250     502.031.250     502.031.250      502.031.250
jual bibit jantan        71.718.750       80.156.250      81.843.750        81.000.000        75.037.500        67.500.000       61.481.250        60.750.000
puyuh afkir          3.768.750
kotoran         1.200.000        1.200.000         1.200.000          1.200.000         1.200.000        1.200.000          1.200.000          1.200.000          1.200.000          1.200.000          1.200.000
Sub total                          -      73.230.000      77.346.000       83.520.000      643.672.500     660.195.000    663.499.500      661.847.250     651.033.750     657.990.450     646.518.000      646.283.280
          776.250
Produksi Tahun ke dua hingga ke tujuh (2017-2022)
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persentase 70% 74% 80% 85% 95% 97% 96% 90% 80% 75% 72% 70%
Produksi telur             444.528           469.930           508.032            539.784              603.288             615.989            609.638              571.536             508.032             952.560             933.509          1.555.848
Pembibit             100.800           106.560           115.200            122.400              136.800             139.680            138.240              129.600             115.200             108.000             103.680              100.800
pendapatan dari telur       88.905.600      93.985.920   101.606.400    107.956.800      120.657.600     123.197.760    121.927.680      114.307.200     101.606.400     190.512.000     186.701.760      311.169.600
jual bibit betina     529.200.000   559.440.000   604.800.000    642.600.000      718.200.000     733.320.000    725.760.000      680.400.000     579.600.000     567.000.000     430.920.000      529.200.000
jual bibit jantan       75.600.000      79.920.000      86.400.000       91.800.000      102.600.000     104.760.000    103.680.000        97.200.000        83.400.000        81.000.000       75.960.000        75.600.000
puyuh afkir          7.227.600
kotoran          1.800.000        1.800.000        1.800.000         1.800.000          1.800.000         1.800.000        1.800.000          1.800.000          1.800.000          1.800.000          1.800.000          1.800.000
Sub total     693.705.600   733.345.920   792.806.400    842.356.800      941.457.600     961.277.760    951.367.680      891.907.200     764.606.400     838.512.000     693.581.760      923.197.200









           
































































3 komentar:

  1. Balasan
    1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

      Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

      Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

      Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

      Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

      Hapus